
Dalam beberapa bulan terakhir, harga Bitcoin kembali melejit dan mencetak rekor tertinggi baru, menarik perhatian investor global maupun lokal. Namun, kenaikan ini bukan sekadar efek euforia semata. Di balik lonjakan harga tersebut, terdapat kombinasi faktor fundamental yang kuat, mulai dari adopsi institusional melalui ETF, dinamika pasar derivatif, hingga kondisi makroekonomi global.
Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang diyakini menjadi pendorong utama di balik reli harga Bitcoin saat ini:
1. Arus Masuk Besar ke Bitcoin Spot ETF
Sejak awal 2024, pasar kripto dikejutkan oleh persetujuan sejumlah ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat. Produk ini memungkinkan investor institusional untuk mendapatkan eksposur terhadap Bitcoin tanpa harus memiliki dan mengelola aset kripto secara langsung.
Data terbaru menunjukkan bahwa hingga Mei 2025, total arus masuk (inflow) kumulatif ke ETF Bitcoin spot telah melampaui $40 miliar. Ini adalah sinyal kuat bahwa Bitcoin semakin diterima di kalangan institusi keuangan besar, termasuk manajer aset global, dana pensiun, dan bahkan bank investasi.
Akses melalui ETF membuat Bitcoin menjadi aset yang lebih mudah diakses, lebih transparan, dan terintegrasi dengan sistem keuangan tradisional. Masuknya dana dalam skala besar ini menjadi katalis penting yang mendorong permintaan Bitcoin secara signifikan.
2. Lonjakan Open Interest di Pasar Futures
Selain pasar spot, dinamika di pasar derivatif juga memberikan indikasi penting terkait sentimen investor terhadap Bitcoin. Salah satu metrik yang sering diamati adalah open interest (OI), yaitu total nilai kontrak futures yang masih terbuka.
Menurut data dari Coinglass, OI untuk Bitcoin telah melonjak ke level tertinggi sejak awal tahun. Ketika OI meningkat bersamaan dengan harga, hal ini biasanya dianggap sebagai sinyal bahwa banyak pelaku pasar mengambil posisi panjang (long), dengan harapan harga akan terus naik.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa pelaku pasar memiliki keyakinan tinggi terhadap kelanjutan tren bullish. Kombinasi antara arus modal baru dari ETF dan partisipasi aktif di pasar derivatif menciptakan tekanan beli yang kuat di pasar.
3. Jumlah Uang Beredar (M2) yang Kembali Meningkat
Dari sisi makroekonomi, data Federal Reserve (FRED) menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di AS (M2) mulai kembali meningkat sejak akhir 2023. Setelah sempat menurun pasca pandemi, tren naik ini menandakan bahwa likuiditas kembali mengalir ke sistem keuangan.
Peningkatan suplai uang sering dikaitkan dengan risiko inflasi dan penurunan nilai mata uang fiat, terutama dolar AS. Dalam konteks ini, Bitcoin dianggap sebagai alternatif lindung nilai (hedge) terhadap penurunan daya beli dolar—mirip dengan emas, tetapi dalam bentuk digital.
Karena total suplai Bitcoin dibatasi hanya 21 juta koin, banyak investor melihat BTC sebagai aset keras (hard asset) yang langka dan tahan terhadap inflasi. Narasi ini kembali menguat seiring dengan naiknya M2, memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai penyimpan nilai jangka panjang.
Secara keseluruhan, reli Bitcoin kali ini tidak hanya ditopang oleh spekulasi jangka pendek, tapi juga oleh perkembangan struktural yang memperkuat posisinya sebagai aset digital utama. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin harga Bitcoin akan terus mencetak rekor baru di masa mendatang.
Ingin ikut ambil bagian dalam momentum pasar crypto saat ini? Download aplikasi Mobee sekarang dan mulai perjalanan investasimu dengan lebih mudah, aman, dan fleksibel — langsung dari genggaman tanganmu!